Fenomena Bunuh Diri di Gunung Kidul Difilmkan Dengan Judul Pulung Gantung

Film0 Dilihat

BRITISIA-Rumah produksi Kura-Kura Ijo  memperkenalkan film terbaru mereka bergenre misteri film ‘Pulung Gantung’. Film ini diadaptasi dari fenomena nyata yang kerap terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta. Kisah ini merupakan kisah kasus bunuh diri yang menggugah mitos masyarakat setempat.

Film ‘Pulung Gantung’ menyuguhkan suasana menegangkan dengan nuansa kelam yang mendalam yang dipercaya masyarakat sebagai penyebab utama serangkaian kematian tragis yang terjadi di Gunung Kidul.

Masyarakat setempat meyakini, siapa pun yang melihat ‘pulung’ (bola api misterius yang melayang di langit) akan segera menemui ajalnya dengan cara bunuh diri.

Sutradara film ‘Pulung Gantung’ Adriansyah dan Ismail Sofyan merasa tertarik untuk mengangkat fenomena itu ke layar lebar sebagai bahan refleksi. “Sangat tidak tepat jika sebuah lembaga pemerintah menyebut fenomena ini sebagai warisan budaya. Menurut saya, ini adalah misteri yang harus dipecahkan, bukan dilestarikan sebagai bagian dari budaya kita,” tegas Adriansyah.

Sebagai pendatang baru Alexandria, dipercaya untuk memerankan karakter utama, Maya, seorang jurnalis investigasi yang ditugaskan menyelidiki serangkaian kematian misterius di Gunung Kidul.

Film ini merupakan debut besar Alexandria sebagai pemeran utama dalam genre misteri. “Saya sangat senang bisa terlibat dalam film ini dan memerankan karakter Maya yang penuh tantangan. Karakter ini memberikan saya kesempatan untuk menggali emosi dan rasa takut yang dalam,” ungkap Alexandria

Alexandria telah dipersiapkan untuk peran itu. “Ini calon kuat, gue yakin banget!” ujar Ismail dengan penuh semangat, menyatakan keyakinannya terhadap kemampuan Alexandria untuk membawa peran Maya dengan sempurna.

Rida Melinda Azmi sebagai Produser Pelaksana menjelaskan bahwa ‘Pulung Gantung’ bukan sekadar film misteri biasa. “Film ini dianggap provokatif karena mengangkat isu-isu yang sensitif, seperti bunuh diri, yang memang menjadi perhatian publik. Namun, bagi saya, ada pesan yang lebih besar, yaitu edukasi masyarakat agar tidak mempercayai mitos secara membabi buta,” kata Rida.

Rida juga menambahkan bahwa film ini adalah warisan intelektual yang diharapkannya bisa memberikan wawasan baru kepada masyarakat luas.

Selain Rida, produser Maria Angelina dan Dedy Rismawan juga mengungkapkan komitmen mereka untuk menghasilkan film yang berkualitas, dengan menggabungkan cerita yang kuat dan visual yang memukau.

“Film ini harus menghasilkan gambar yang megah, latar yang mendukung, dan cerita yang memikat. Itu standar yang kami pegang sebagai produser,” ujar Maria.