Selama masa karantina pada 13 dan 14 September, Hita dihadapkan pada ujian mental dan fisik yang tidak ringan. Tapi karantina ini juga menjadi titik penting di mana Hita berhasil menunjukkan bahwa dirinya lebih dari sekadar peserta. Dengan keyakinan dan keterampilan yang telah dipupuk selama bertahun-tahun, ia mampu melalui setiap tantangan dengan tenang dan penuh percaya diri. Baginya, karantina bukan hanya ajang uji fisik, tetapi kesempatan untuk membuktikan kekuatan mental yang ia miliki.
Di panggung grand final, Hita tampil lebih dari memukau. Bukan hanya penampilan fisiknya yang menonjol, tetapi kemampuannya berbicara dalam bahasa Mandarin yang fasih, menguasai budaya Tionghoa dengan mendalam, serta bakat musik yang ia tunjukkan. “Saya belajar bahasa Mandarin dari kecil. Saya sudah berkali-kali ke Tiongkok untuk mempelajari sejarah dan budaya di sana, seperti kaligrafi, alat musik, budaya, melukis, dan masih banyak yang lainnya,” ujar Hita. Di atas panggung, Hita membawakan lagu rakyat Tiongkok dengan penuh penghayatan, memukau juri dan penonton dengan suaranya yang merdu dan penjiwaannya yang dalam.