“Setelah lulus, saya jadi asisten lawyer di Jayapura,” terangnya.
Selama satu tahun Pieter menjadi asisten pengacara. Tak hanya itu, ia juga bergabung dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di sana.
Pieter memang sangat suka dengan hal-hal yang berbau hukum. Sejak masih kuliah, ia dikenal sebagai aktifis yang memperjuangkan nasib kaum lemah. Karena itu, ia rela menjadi relawan di LBH tanpa bayaran sepeserpun. Hingga akhirnya, nasib mengantarkannya ke Jakarta.
“Diikirim ke Jakarta untuk magang di LBh. Saya belajar dari Adnan Buyung. Direktur saya BW. Saya satu kantor dengan munir. Saya banyak belajar bagaimana menangani kasus seperti politik, makar tanah,dan lain sebagainya,” jelas Pieter.
Di Jakarta, Pieter memang banyak mendapatkan pengalaman. Ia pun tak segan-segan berhadapan dengan para penguasa.
Sebagai aktifis, Pieter telah terbiasa untuk menghadapi berbagai ancaman. Bahkan ancaman yang menyangkut keselematan jiwanya sekalipun.
“Dulu sebagai aktifis nama nesar LBh membuat kita berani dengan kekuasaaan. Dan untuk jadi staff nggak gampang. Harus terseleksi secara alami,” ungkapnya.