Britisia – Banyak orang mengira jika menyewa jasa seorang pengacara itu sangatlah mahal. Namun hal tersebut dibantah oleh Ranto Simanjuntak.
Sebagai pengacara yang telah malang melintang di dunia hukum, ia mengerti benar komitmen seorang pengacara yang harus selalu siap membantu orang lain.
Ia pun tak memperdulikan bayarannya. Honor baginya adalah nomor dua.
“Ada yang minta tolong, harusnya kita bantu. Itu yang kita pegang. Ada yang dari publikasi. Untuk saat ini, kantor kami komitmen, kita fokus benar-benar tangani perkara dari hati,” ucapnya saat ditemui di kantornya di kawasan Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Bahkan untuk beberapa kasus, Ranto rela tak dibayar. Uang bukanlah segalanya. Sebuah kepuasan para pengacara jika dapat membela hak kliennya.
“Kita tidak lihat adanya duit. Ada duit itu wajar, tapi nggak ada harga mati. Tergantung kemampuan klien,” jelasnya.
Ranto masih ingat betul saat ia membela hak tiga orang pekerja rumah sakit. Saat itu, ia berhasil memenangkan perkara dan mewujudkan hak ketiga pekerja rumah sakit tersebut.
“Tiga suster itu sudah kerja 25 tahun. Dia mau dipecat tanpa diberikan pesangon. Dia nggak kasih saya sepeserpun. Yang dia kasih, dia masakin ikan mas. Makan kami bersama,” kata Ranto sambil tertawa.
Walau begitu, Ranto kerap dikecewakan oleh kliennya. Beberapa kali ia merasa sipermaikan oleh kliennya.
“Sering. Ada yang sudah mau beres, kita ditinggalin. Semua pasti ada kesulitan. Tapi sejauh kita berkomitmen, semua akan tercapai,” jelasnya. (Apin)
Sebagai pengacara yang telah malang melintang di dunia hukum, ia mengerti benar komitmen seorang pengacara yang harus selalu siap membantu orang lain.
Ia pun tak memperdulikan bayarannya. Honor baginya adalah nomor dua.
“Ada yang minta tolong, harusnya kita bantu. Itu yang kita pegang. Ada yang dari publikasi. Untuk saat ini, kantor kami komitmen, kita fokus benar-benar tangani perkara dari hati,” ucapnya saat ditemui di kantornya di kawasan Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Bahkan untuk beberapa kasus, Ranto rela tak dibayar. Uang bukanlah segalanya. Sebuah kepuasan para pengacara jika dapat membela hak kliennya.
“Kita tidak lihat adanya duit. Ada duit itu wajar, tapi nggak ada harga mati. Tergantung kemampuan klien,” jelasnya.
Ranto masih ingat betul saat ia membela hak tiga orang pekerja rumah sakit. Saat itu, ia berhasil memenangkan perkara dan mewujudkan hak ketiga pekerja rumah sakit tersebut.
“Tiga suster itu sudah kerja 25 tahun. Dia mau dipecat tanpa diberikan pesangon. Dia nggak kasih saya sepeserpun. Yang dia kasih, dia masakin ikan mas. Makan kami bersama,” kata Ranto sambil tertawa.
Walau begitu, Ranto kerap dikecewakan oleh kliennya. Beberapa kali ia merasa sipermaikan oleh kliennya.
“Sering. Ada yang sudah mau beres, kita ditinggalin. Semua pasti ada kesulitan. Tapi sejauh kita berkomitmen, semua akan tercapai,” jelasnya. (Apin)