“Saya melihat album Menjelang Tiga Puluh ini sebagai sebuah selebrasi yang sanggup menggugah hati sekaligus pikiran pendengarnya,” deskripsi RAYHAN NOOR, yang pertama kali menorehkan talentanya di industri musik Indonesia sebagai personil dari band alternative-rock Glaskaca. “Dalam meracik sebuah karya musik, saya kerap kali mencoba mencari makna dari segala sesuatu yang pernah terjadi di dunia di mana saya berdiri dan bernapas. Itulah mengapa album Menjelang Tiga Puluh juga menyuguhkan beberapa momen yang moody namun bittersweet. Perjalanan hidup saya sejauh ini, terlebih apa yang telah saya jejaki sepanjang 10 tahun terakhir, bukanlah garis lurus belaka.”
Melalui album Menjelang Tiga Puluh, RAYHAN NOOR mendokumentasikan seluruh keriuhan masa lalunya yang kemudian membentuk jati dirinya pada hari ini. Balada-balada kontemplatif seperti “Dari Balik Jendela” dan “Mau Tak Mau” menjadi kapsul waktu RAYHAN NOOR di kala dunia luar kerap kali menghujani sang musisi dengan ekspektasi dan tekanan. Sementara itu, roman menggelora seperti “Sepuluh Tahun ke Depan” enjadi deklarasi sang musisi untuk tetap berteguh dengan seluruh pilihan yang telah diambilnya sepanjang 10 tahun terakhir.
Kompleksitas emosi dan memori yang merakit album Menjelang Tiga Puluh semakin menegaskan RAYHAN NOOR sebagai seorang solois, penulis lagu, dan produser yang memiliki karakter dan sudut pandang yang tiada kontras. “2106” seolah-olah menjadi pakta antara RAYHAN NOOR dengan dirinya sendiri untuk tidak pernah menyesali apapun – baik itu apa yang telah terjadi satu dekade yang lalu maupun apa yang akan terjadi satu dekade kemudian. “Sudah Berbeda“, yang menjadi focus track album, mendapati sang musisi akhirnya menyadari bahwa hidup tidak pernah bergulir sesuai dengan ekspektasi.
“Saya menaruh banyak sekali ekspektasi bagi diri saya sendiri sepanjang 10 tahun terakhir. Lucunya, diri saya yang dahulu sangatlah lugu tidak menyadari bahwa hidup itu penuh dengan kejutan dan kekacauan, namun juga kebajikan. Lebih seringnya, apa yang saya kejar kerap kali bertabrakan dengan apa yang dianggap sebagai ‘normatif’ atau ‘konvensional’ bagi orang-orang seusia saya,” lanjut RAYHAN NOOR, yang turut menjadi co-producer untuk album Hindia yang bertajuk Menari Dengan Bayangan. “Ironisnya, justru semua lika-liku itulah yang membuat saya menjadi manusia dan musisi yang sanggup berdiri tegap.”