“Kemungkinan Aas pergi ke tempat adik nya Aap di Serang Banten, dan menurut Dede Nur Rochim demikian. Dan sampai pukul 21.00 belum datang kami hub Dede namun HPnya tidak aktif sehingga kami beranggapan tidak jadi,” katanya.
Keesokan harinya, lanjutnya lagi, sekitar pukul 8 pagi Dede menghubungi pihaknya dan menyampaikan sudah dalam perjalanan menuju kantor pengembang dan tidak lama lagi akan sampai. Namun rupanya yang datang pada saat itu orang lain lagi dimana tubuhnya tinggi besar dan langsung menyampaikan setelah berembuk dengan keluarga hanya membawa Rp 10 juta dan bertanya sisanya kapan.
“Kami tentu jawab sesuai kesepakatan dimana proses pembayaran dilakukan dengan 3 kali cicilan, jadi ya silakan akhir November dan seterusnya sesuai pembicaraan dengan Aas juga Dede yang saat itu mendengar. Saya pun sempat bertanya akan orang yang datang itu, namun saat itu Dede mengatakan bahwa ia adalah kakaknya Aap dan Aas juga,” sebutnya.
Namun siapapun yang datang, ia tidak mempermasalahkannya karena yang terpenting bisa mengerti akan aturan simple yang diterapkan oleh pengembang. Namun saat berfikir begitu, rupanya ia yang datang malah pergi pamit tanpa mendapatkan penjelasan apapun padahal staffnya sudah mempersiapkan kwitansi tanda terima uang 10 juta.