Bergerak dinamisnya perubahan sosial di masyarakat, kini dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah mendapatkan solusinya. Diantaranya kemiskinan, kelaparan, kelangkaan persediaan air bersih, terancamnya kepunahan hewan, dan tumbuhan, dan masih banyak lagi tantangan hidup lainnya.
Menyadari akan hal tersebut, pada tahun 2012 silam, Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan Hari Bahagia Sedunia atau International Day Of Happiness. Hari Bahagia Sedunia yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 20 Maret sejak tahun 2013, kata Ketua President of United in Diversity, Mari Elka Pangestu dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin, sebagai sebuah kesadaran bahwa kita membutuhkan pemikiran dan pendekatan baru untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh setiap orang di dunia, yaitu ingin bahagia.
Bahagia seringkali dihubungkan dengan sesuatu yang bersifat materi dan memberikan kesenangan. Namun sesungguhnya Bahagia tidak terbatas pada hal tersebut dan jauh lebih dalam maknanya. “Ironisnya, meski semakin gencar mengejar kebahagiaan, namun seringkali kita melakukan tindakan yang justru dapat mengakibatkan diri kita menjadi tidak bahagia, misalnya dengan membuang sampah sembarangan, menebang pohon sembarangan, kemubaziran persediaan makanan, pemborosan penggunaan energi, menggunakan produk yang tidak ramah lingkungan, dan masih banyak lagi”tuturnya.