Untuk sampai ke babak final, ternyata cukup banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para finalis. Mulai dari kesulitan membagi waktu, kurang tidur, peralatan yang terbatas atau tidak berfungsi dengan baik, perbedaan pendapat yang menimbulkan perdebatan, kelelahan, sampai ada yang ditipu oleh pedagang di marketplace saat membeli peralatan.
Akan tetapi, berbagai tantangan yang timbul tidak membuat anak-anak muda itu menyerah begitu saja. Para finalis berhasil membagi waktu sebaik mungkin, terutama pada tim yang anggotanya berasal dari kelas yang berbeda. Ada juga tim yang diberikan dispensasi dari sekolah untuk fokus pada kegiatan SIC.
Komunikasi yang terbuka dan mau mendengarkan satu sama lain membuat peserta juga bisa mengatasi kendala perbedaan pendapat dan perdebatan. Adapun pada fase design thinking dan mentoring, para peserta bisa mengatasi tantangan dalam memahami IoT dan berhasil mengembangkan produk yang inovatif.
“Perjalanan kami untuk sampai ke titik ini jelas ndak mudah. Banyak banget tantangannya, mulai dari bagi waktu antara belajar dan kegiatan SIC, nemuin waktu buat bareng-bareng, berbeda pendapat sampai kadang jadi berdebat, susahnya ngumpulin bahan, bikin prototipe. Bersyukur semua bisa dilewati bareng sebagai tim yang solid, pastinya ndak lepas dari bimbingan guru, mentor dan juri. Kami bangga banget bisa jadi pemenang di SIC. Harapannya, ide dan solusi kami bermanfaat untuk orang banyak. Semoga SIC selalu ada untuk membantu temen-temen muda, berinovasi, meraih karir dan masa depan yang lebih baik,” kata Tim Eaterstelar.