Tak dipungkiri, di dunia hiburan ada saja seorang bintang yang terkena star syndrome. Ketika sedang di puncak kejayaan muncullah kesombongan dalam dirinya. Film ini menyelipkan sebuah pesan, bahwa tak selamanya akan berada di atas atau di puncak ada kalanya akan turun.
“Setiap orang punya perjalanan karier berbeda. Setiap orang punya titik puncak dan turunan. Sekarang bagaimana menghadapi turunan di profesi tersebut, ya ada di film ini,” papar Soleh Solihun.
“Film ini mengingatkan kita bahwa zaman selalu berubah dan kita harus beradaptasi. Cara “baru” akan menjadi “lama” dalam waktu lebih cepat dari yang kita bayangkan. Semoga menginspirasi dan menghibur,” timpal Dendi, sang produser.
Karena film ini berlatar belakang dunia musik, maka para pemainnya 80% diisi oleh musisi. Dalam proses produksinya, Mahakarya Pictures dan Soleh Solihun tak ingin setengah-setengah, semua adegan musik diambil secara live di lokasi syuting saat para pemain beradegan.
Bahkan, Gilang Dirga pun mengambil kursus gitar karena harus bermain live di film ini. Ia pun rela menaikkan berat badannya hanya dalam kurun waktu satu bulan dan harus kembali menurunkan berat badan hingga 20 kg demi satu adegan khusus dalam film ini.